Selasa, 26 Juni 2012

kelinci daan serigala


Disebuah hutan yang rimbun hiduplah sekelompok kelinci ,mereka hidup sangat rukun dan tempat tinggal mereka sangat berdekatan .setiap hari mereka selalu bernyanyi dan menari hidup mereka sangaatlah bahagia,,,tapi berberapa hari kemudian kebahagiaan itu akan hilang karena mereka tidak tahu kalau ada seekor serigala yang selalu memerhatikan gerak gerik mereka,serigala ini sangatlah ganas dan lapar..suatu hari salah satu kelinci itu pergi untuk mencari makan dan pergi cukup jauh dari tempat tinggalnya,,sewaktu kelinci itu mau pulang seekor serigala yang lapar tadi menghalanginya lewat dan kelinci itu langsung lari tapi karena serigala itu larinya sangat kencang kelinci itupun berhasil dikejarnya kelinci yang malang itu ketakutan dan meminta ampunan sang serigala
“wahai serigala yang baik ampunilah saya dan biarkan saya pergi”kata kelinci memelas.
Sang serigala tak menghiraukan ucapan kelinci itu dan lagsung memakannya.setelah kenyang serigala itu pergi di bawah pohon yang rindang untuk beristirahat.menjelang sore keluarga kelinci yang dimakan oleh serigala tadi sangat cemas dan mencari disekitar kampungnya tapi tetap tidak menemukannya.kejadian kelinci yang dimakan oleh serigala tetap saja berlangsung setiap hari dan jumlah kelinci yang ada di pemukiman itu berkurang tiap harinya. para kelinci itu tidak tahu penyebab hilangnya anggota mereka yang mereka tahu kampung mereka aman dari binatang yang buas,,lalu para kelinci mengadakan perundingan ,didalam perundingan itu membahas masalah kelinci yang hilang begitu saja..lalu ada salah satu kelinci bersuara:
”mungkin mereka diterkam singa”kata kelinci itu.
”tidak mungkin”kata kelinci ke Dua menyanggah
..setelah itu mereka memutuskan bahwa salah satu dari mereka harus pergi keluar kampung untuk menyelidiki penyebabnya,
”tapi siapa yang mau pergi”salah satu kelinci berkata
semua pada ribut siapa yang akan pergi.. lalu ada salah satu kelinci yang berkata”biar q saja yang pergi”.langsung semuanya terdiam dan berkata”kamu akan mati”
Kesokan harinya kelinci yang pemberani itupun pergi meninggalkan kampungnya..karena merasa sudah cukup jauh dia pun beristirahat dan kembali pulang dalam perjalanan pulang dia di terkam oleh serigala ,,
”aung mau kemana kamu kecil”ucap serigala.
“Tolong ampuni aku”kelinci memohon.,
”kau sama saja seperti temanmu yang lain selalu meminta ampun”ucap serigala.
”jadi kamu yang memangsa teman teman ku”tambah kelinci
“kau hanya berani sama binatang kecil tak berdaya,kalau berani ayow kejar aku dulu setelah kau mendapatkanku kau boleh memakan ku”ucap kelinci menantang
“hmmm,baik kalau itu permintaanmu yang terakhr”kata serigala
Setelah itu serigala melepaskan kelinci itu dan kelinci langsung lari secepat mungkin ,serigala mengejarnya ,tapi karena kelinci larinya berkelok kelok membuat serigala susah menangkapnya.kelinci punya ide untuk membawa serigala menuju ke tempat sekumpulan gajah.setelah sampai ketempat gajah kelinci itu lari diantara kumpulan tersebut serigala mengikutinya . para gajah ikut berlarian karena kaget dan ada yang jatuh ,tanpa sengaja tubuh gajah itu menimpa serigala hingga gepeng dan mati seketika..setelah itu kelinci kembali pulang dan menceritakan semuanya kepada kelompoknya dan mereka pun hidup bahagia di hutan selamanya tanpa ada lagi yang memangsa mereka.

By :sitowell

baca selanjutnya ..

Senin, 25 Juni 2012

anak manja yang nakal


“Disebuah desa hiduplah seorang keluarga yang mempunyai anak bernama lia dia adalah anak tunggal dari pasangan bapak wahyu dan ibu mirna,kehidupan mereka sangatlah berkecukupan dan setiap anak perempuannya ini meminta sesuatu kedua orang tuanya selalu memberikannya walaupun semahal apapun harga barang yang dimintanya karena sering dimanjakan oleh kedua orang tuanya ini lia pun jadi seorang yang manja dan pemarah jika keinginnanya ini tidak terpenuhi ..suatu hari keluarga ini ditimpa masalah ,usaha yang digeluti oleh kedua orang tuanya bangkrut dan kehidupan mereka jadi pas pasan dan bahkan sampai kekurangan ,hari hari mereka sangat buruk makanpun tidak ada uang,,suatu hari anaknya ini meminta sesuatu dan kedua orang tuanya tidak bisa memberikanya karena tidak mempunyai uang,karena keinginnya tidak dapat tercapai dia marah marah dan melampiaskan kemarahannya ini dengan cara membanting barang barang yang ada dalam rumah, memukul dan menendang orang tuanya ,,kedua orang tuanya tidak berani memarahinya karena mereka sangat mencintai anaknya ini .setiap hari anakanya ini jadi seorang yang pemarah dan tidak bisa lagi menghormati orang yang lebih tua darinya ,dan suatu ketika salah satu dari orang tuanya mengalami kecelakkan sewaktu bekerja dan dia harus dirawat dirumah sakit ,ketika ibunya menyuruh anaknya untuk menemani ayahnya yang dirawat dirumah sakit dan dengan nada yang masih marah menolak perintah ibunya itu,,berhari hari ayahnya dirawat dan mengalami koma dan belum sadarkan diri ,setelah beberapa hari ayahnya pun telah menghembuskan nafas yang terakhirnya ,,setelah anaknya ini mendengar kabar kalau ayahnya telah tiada dia langsung meneteskan air matanya ,dia menangis sekencang kencangnya dan meyesali segala perbuatanya yang telah dilakkukan kepada orang tuanya dia lalu meminta maaf pada ibunya dan berjanji akan menadi anak yang baik.kini lia hanya tinggal bersama ibunya dan dia pun menjadi anak yang baik dan selalu menuruti omongan ibunya .”

by: sitowell

baca selanjutnya ..

Sabtu, 23 Juni 2012

bawang merah dan bawang putih

Jaman dahulu kala di sebuah desa tinggal sebuah keluarga yang terdiri dari Ayah, Ibu dan seorang gadis remaja yang cantik bernama bawang putih. Mereka adalah keluarga yang bahagia. Meski ayah bawang putih hanya pedagang biasa, namun mereka hidup rukun dan damai. Namun suatu hari ibu bawang putih sakit keras dan akhirnya meninggal dunia. Bawang putih sangat berduka demikian pula ayahnya.

Di desa itu tinggal pula seorang janda yang memiliki anak bernama Bawang Merah. Semenjak ibu Bawang putih meninggal, ibu Bawang merah sering berkunjung ke rumah Bawang putih. Dia sering membawakan makanan, membantu bawang putih membereskan rumah atau hanya menemani Bawang Putih dan ayahnya mengobrol. Akhirnya ayah Bawang putih berpikir bahwa mungkin lebih baik kalau ia menikah saja dengan ibu Bawang merah, supaya Bawang putih tidak kesepian lagi.

Dengan pertimbangan dari bawang putih, maka ayah Bawang putih menikah dengan ibu bawang merah. Awalnya ibu bawang merah dan bawang merah sangat baik kepada bawang putih. Namun lama kelamaan sifat asli mereka mulai kelihatan. Mereka kerap memarahi bawang putih dan memberinya pekerjaan berat jika ayah Bawang Putih sedang pergi berdagang. Bawang putih harus mengerjakan semua pekerjaan rumah, sementara Bawang merah dan ibunya hanya duduk-duduk saja. Tentu saja ayah Bawang putih tidak mengetahuinya, karena Bawang putih tidak pernah menceritakannya.

Suatu hari ayah Bawang putih jatuh sakit dan kemudian meninggal dunia. Sejak saat itu Bawang merah dan ibunya semakin berkuasa dan semena-mena terhadap Bawang putih. Bawang putih hampir tidak pernah beristirahat. Dia sudah harus bangun sebelum subuh, untuk mempersiapkan air mandi dan sarapan bagi Bawang merah dan ibunya. Kemudian dia harus memberi makan ternak, menyirami kebun dan mencuci baju ke sungai. Lalu dia masih harus menyetrika, membereskan rumah, dan masih banyak pekerjaan lainnya. Namun Bawang putih selalu melakukan pekerjaannya dengan gembira, karena dia berharap suatu saat ibu tirinya akan mencintainya seperti anak kandungnya sendiri.

Pagi ini seperti biasa Bawang putih membawa bakul berisi pakaian yang akan dicucinya di sungai. Dengan bernyanyi kecil dia menyusuri jalan setapak di pinggir hutan kecil yang biasa dilaluinya. Hari itu cuaca sangat cerah. Bawang putih segera mencuci semua pakaian kotor yang dibawanya. Saking terlalu asyiknya, Bawang putih tidak menyadari bahwa salah satu baju telah hanyut terbawa arus. Celakanya baju yang hanyut adalah baju kesayangan ibu tirinya. Ketika menyadari hal itu, baju ibu tirinya telah hanyut terlalu jauh. Bawang putih mencoba menyusuri sungai untuk mencarinya, namun tidak berhasil menemukannya. Dengan putus asa dia kembali ke rumah dan menceritakannya kepada ibunya.

“Dasar ceroboh!” bentak ibu tirinya. “Aku tidak mau tahu, pokoknya kamu harus mencari baju itu! Dan jangan berani pulang ke rumah kalau kau belum menemukannya. Mengerti?”

Bawang putih terpaksa menuruti keinginan ibun tirinya. Dia segera menyusuri sungai tempatnya mencuci tadi. Matahari sudah mulai meninggi, namun Bawang putih belum juga menemukan baju ibunya. Dia memasang matanya, dengan teliti diperiksanya setiap juluran akar yang menjorok ke sungai, siapa tahu baju ibunya tersangkut disana. Setelah jauh melangkah dan matahari sudah condong ke barat, Bawang putih melihat seorang penggembala yang sedang memandikan kerbaunya. Maka Bawang putih bertanya: “Wahai paman yang baik, apakah paman melihat baju merah yang hanyut lewat sini? Karena saya harus menemukan dan membawanya pulang.” “Ya tadi saya lihat nak. Kalau kamu mengejarnya cepat-cepat, mungkin kau bisa mengejarnya,” kata paman itu.

“Baiklah paman, terima kasih!” kata Bawang putih dan segera berlari kembali menyusuri. Hari sudah mulai gelap, Bawang putih sudah mulai putus asa. Sebentar lagi malam akan tiba, dan Bawang putih. Dari kejauhan tampak cahaya lampu yang berasal dari sebuah gubuk di tepi sungai. Bawang putih segera menghampiri rumah itu dan mengetuknya.
“Permisi…!” kata Bawang putih. Seorang perempuan tua membuka pintu.
“Siapa kamu nak?” tanya nenek itu.
“Saya Bawang putih nek. Tadi saya sedang mencari baju ibu saya yang hanyut. Dan sekarang kemalaman. Bolehkah saya tinggal di sini malam ini?” tanya Bawang putih.
“Boleh nak. Apakah baju yang kau cari berwarna merah?” tanya nenek.
“Ya nek. Apa…nenek menemukannya?” tanya Bawang putih.

“Ya. Tadi baju itu tersangkut di depan rumahku. Sayang, padahal aku menyukai baju itu,” kata nenek. “Baiklah aku akan mengembalikannya, tapi kau harus menemaniku dulu disini selama seminggu. Sudah lama aku tidak mengobrol dengan siapapun, bagaimana?” pinta nenek.Bawang putih berpikir sejenak. Nenek itu kelihatan kesepian. Bawang putih pun merasa iba. “Baiklah nek, saya akan menemani nenek selama seminggu, asal nenek tidak bosan saja denganku,” kata Bawang putih dengan tersenyum.

Selama seminggu Bawang putih tinggal dengan nenek tersebut. Setiap hari Bawang putih membantu mengerjakan pekerjaan rumah nenek. Tentu saja nenek itu merasa senang. Hingga akhirnya genap sudah seminggu, nenek pun memanggil bawang putih.
“Nak, sudah seminggu kau tinggal di sini. Dan aku senang karena kau anak yang rajin dan berbakti. Untuk itu sesuai janjiku kau boleh membawa baju ibumu pulang. Dan satu lagi, kau boleh memilih satu dari dua labu kuning ini sebagai hadiah!” kata nenek.
Mulanya Bawang putih menolak diberi hadiah tapi nenek tetap memaksanya. Akhirnya Bawang putih memilih labu yang paling kecil. “Saya takut tidak kuat membawa yang besar,” katanya. Nenek pun tersenyum dan mengantarkan Bawang putih hingga depan rumah.

Sesampainya di rumah, Bawang putih menyerahkan baju merah milik ibu tirinya sementara dia pergi ke dapur untuk membelah labu kuningnya. Alangkah terkejutnya bawang putih ketika labu itu terbelah, didalamnya ternyata berisi emas permata yang sangat banyak. Dia berteriak saking gembiranya dan memberitahukan hal ajaib ini ke ibu tirinya dan bawang merah yang dengan serakah langsun merebut emas dan permata tersebut. Mereka memaksa bawang putih untuk menceritakan bagaimana dia bisa mendapatkan hadiah tersebut. Bawang putih pun menceritakan dengan sejujurnya.

Mendengar cerita bawang putih, bawang merah dan ibunya berencana untuk melakukan hal yang sama tapi kali ini bawang merah yang akan melakukannya. Singkat kata akhirnya bawang merah sampai di rumah nenek tua di pinggir sungai tersebut. Seperti bawang putih, bawang merah pun diminta untuk menemaninya selama seminggu. Tidak seperti bawang putih yang rajin, selama seminggu itu bawang merah hanya bermalas-malasan. Kalaupun ada yang dikerjakan maka hasilnya tidak pernah bagus karena selalu dikerjakan dengan asal-asalan. Akhirnya setelah seminggu nenek itu membolehkan bawang merah untuk pergi. “Bukankah seharusnya nenek memberiku labu sebagai hadiah karena menemanimu selama seminggu?” tanya bawang merah. Nenek itu terpaksa menyuruh bawang merah memilih salah satu dari dua labu yang ditawarkan. Dengan cepat bawang merah mengambil labu yang besar dan tanpa mengucapkan terima kasih dia melenggang pergi.

Sesampainya di rumah bawang merah segera menemui ibunya dan dengan gembira memperlihatkan labu yang dibawanya. Karena takut bawang putih akan meminta bagian, mereka menyuruh bawang putih untuk pergi ke sungai. Lalu dengan tidak sabar mereka membelah labu tersebut. Tapi ternyata bukan emas permata yang keluar dari labu tersebut, melainkan binatang-binatang berbisa seperti ular, kalajengking, dan lain-lain. Binatang-binatang itu langsung menyerang bawang merah dan ibunya hingga tewas. Itulah balasan bagi orang yang serakah.

baca selanjutnya ..

sangkuriang

Pada jaman dahulu, di Jawa Barat hiduplah seorang putri raja yang bernama Dayang Sumbi. Ia mempunyai seorang anak laki-laki yang bernama Sangkuriang. Anak tersebut sangat gemar berburu di dalam hutan. Setiap berburu, dia selalu ditemani oleh seekor anjing kesayangannya yang bernama Tumang. Tumang sebenarnya adalah titisan dewa, dan juga bapak kandung Sangkuriang, tetapi Sangkuriang tidak tahu hal itu dan ibunya memang sengaja merahasiakannya.

Pada suatu hari, seperti biasanya Sangkuriang pergi ke hutan untuk berburu. Setelah sesampainya di hutan, Sangkuriang mulai mencari buruan. Dia melihat ada seekor burung yang sedang bertengger di dahan, lalu tanpa berpikir panjang Sangkuriang langsung menembaknya, dan tepat mengenai sasaran. Sangkuriang lalu memerintah Tumang untuk mengejar buruannya tadi, tetapi si Tumang diam saja dan tidak mau mengikuti perintah Sangkuriang. Karena sangat jengkel pada Tumang, maka Sangkuriang lalu mengusir Tumang dan tidak diijinkan pulang ke rumah bersamanya lagi.

Sesampainya di rumah, Sangkuriang menceritakan kejadian tersebut kepada ibunya. Begitu mendengar cerita dari anaknya, Dayang Sumbi sangat marah. Diambilnya sendok nasi, dan dipukulkan ke kepala Sangkuriang. Karena merasa kecewa dengan perlakuan ibunya, maka Sangkuriang memutuskan untuk pergi mengembara, dan meninggalkan rumahnya.  
Setelah kejadian itu, Dayang Sumbi sangat menyesali perbuatannya. Ia berdoa setiap hari, dan meminta agar suatu hari dapat bertemu dengan anaknya kembali. Karena kesungguhan dari doa Dayang Sumbi tersebut, maka Dewa memberinya sebuah hadiah berupa kecantikan abadi dan usia muda selamanya.

Setelah bertahun-tahun lamanya Sangkuriang mengembara, akhirnya ia berniat untuk pulang ke kampung halamannya. Sesampainya di sana, dia sangat terkejut sekali, karena kampung halamannya sudah berubah total. Rasa senang Sangkuriang tersebut bertambah ketika saat di tengah jalan bertemu dengan seorang wanita yang sangat cantik jelita, yang tidak lain adalah Dayang Sumbi. Karena terpesona dengan kecantikan wanita tersebut, maka Sangkuriang langsung melamarnya. Akhirnya lamaran Sangkuriang diterima oleh Dayang Sumbi, dan sepakat akan menikah di waktu dekat.

Pada suatu hari, Sangkuriang meminta ijin calon istrinya untuk berburu di hatan. Sebelum berangkat, ia meminta Dayang Sumbi untuk mengencangkan dan merapikan ikat kapalanya. Alangkah terkejutnya Dayang Sumbi, karena pada saat dia merapikan ikat kepala Sangkuriang, Ia melihat ada bekas luka. Bekas luka tersebut mirip dengan bekas luka anaknya. Setelah bertanya kepada Sangkuriang tentang penyebab lukanya itu, Dayang Sumbi bertambah tekejut, karena ternyata benar bahwa calon suaminya tersebut adalah anaknya sendiri.

Dayang Sumbi sangat bingung sekali, karena dia tidak mungkin menikah dengan anaknya sendiri. Setelah Sangkuriang pulang berburu, Dayang Sumbi mencoba berbicara kepada Sangkuriang, supaya Sangkuriang membatalkan rencana pernikahan mereka. Permintaan Dayang Sumbi tersebut tidak disetujui Sangkuriang, dan hanya dianggap angin lalu saja.

Setiap hari Dayang Sumbi berpikir bagaimana cara agar pernikahan mereka tidak pernah terjadi. Setelah berpikir keras, akhirnya Dayang Sumbi menemukan cara terbaik. Dia mengajukan dua buah syarat kepada Sangkuriang. Apabila Sangkuriang dapat memenuhi kedua syarat tersebut, maka Dayang Sumbi mau dijadikan istri, tetapi sebaliknya jika gagal maka pernikahan itu akan dibatalkan. Syarat yang pertama Dayang Sumbi ingin supaya sungai Citarum dibendung. Dan yang kedua adalah, meminta Sangkuriang untuk membuat sampan yang sangat besar untuk menyeberang sungai. Kedua syarat itu harus diselesai sebelum fajar menyingsing.

Sangkuriang menyanggupi kedua permintaan Dayang Sumbi tersebut, dan berjanji akan menyelesaikannya sebelum fajar menyingsing. Dengan kesaktian yang dimilikinya, Sangkuriang lalu mengerahkan teman-temannya dari bangsa jin untuk membantu menyelesaikan tugasnya tersebut. Diam-diam, Dayang Sumbi mengintip hasil kerja dari Sangkuriang. Betapa terkejutnya dia, karena Sangkuriang hampir menyelesaiklan semua syarat yang diberikan Dayang Sumbi sebelum fajar.

Dayang Sumbi lalu meminta bantuan masyarakat sekitar untuk menggelar kain sutera berwarna merah di sebelah timur kota. Ketika melihat warna memerah di timur kota, Sangkuriang mengira kalau hari sudah menjelang pagi. Sangkuriang langsung menghentikan pekerjaannya dan merasa tidak dapat memenuhi syarat yang telah diajukan oleh Dayang Sumbi.

Dengan rasa jengkel dan kecewa, Sangkuriang lalu menjebol bendungan yang telah dibuatnya sendiri. Karena jebolnya bendungan itu, maka terjadilah banjir dan seluruh kota terendam air. Sangkuriang juga menendang sampan besar yang telah dibuatnya. Sampan itu melayang dan jatuh tertelungkup, lalu menjadi sebuah gunung yang bernama Tangkuban Perahu. 
end

baca selanjutnya ..

asal usul danau toba

Di wilayah Sumatera hiduplah seorang petani yang sangat rajin bekerja. Ia hidup sendiri sebatang kara. Setiap hari ia bekerja menggarap lading dan mencari ikan dengan tidak mengenal lelah. Hal ini dilakukannya untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari.

Pada suatu hari petani tersebut pergi ke sungai di dekat tempat tinggalnya, ia bermaksud mencari ikan untuk lauknya hari ini. Dengan hanya berbekal sebuah kail, umpan dan tempat ikan, ia pun langsung menuju ke sungai. Setelah sesampainya di sungai, petani tersebut langsung melemparkan kailnya. Sambil menunggu kailnya dimakan ikan, petani tersebut berdoa,“Ya Alloh, semoga aku dapat ikan banyak hari ini”. Beberapa saat setelah berdoa, kail yang dilemparkannya tadi nampak bergoyang-goyang. Ia segera menarik kailnya. Petani tersebut sangat senang sekali, karena ikan yang didapatkannya sangat besar dan cantik sekali.

Setelah beberapa saat memandangi ikan hasil tangkapannya, petani itu sangat terkejut. Ternyata ikan yang ditangkapnya itu bisa berbicara. “Tolong aku jangan dimakan Pak!! Biarkan aku hidup”, teriak ikan itu. Tanpa banyak Tanya, ikan tangkapannya itu langsung dikembalikan ke dalam air lagi. Setelah mengembalikan ikan ke dalam air, petani itu bertambah terkejut, karena tiba-tiba ikan tersebut berubah menjadi seorang wanita yang sangat cantik.

“Jangan takut Pak, aku tidak akan menyakiti kamu”, kata si ikan. “Siapakah kamu ini? Bukankah kamu seekor ikan?, Tanya petani itu. “Aku adalah seorang putri yang dikutuk, karena melanggar aturan kerajaan”, jawab wanita itu. “Terimakasih engkau sudah membebaskan aku dari kutukan itu, dan sebagai imbalannya aku bersedia kau jadikan istri”, kata wanita itu. Petani itupun setuju. Maka jadilah mereka sebagai suami istri. Namun, ada satu janji yang telah disepakati, yaitu mereka tidak boleh menceritakan bahwa asal-usul Puteri dari seekor ikan. Jika janji itu dilanggar maka akan terjadi petaka dahsyat.

Setelah beberapa lama mereka menikah, akhirnya  kebahagiaan Petani dan istrinya bertambah, karena istri Petani melahirkan seorang bayi laki-laki. Anak mereka tumbuh menjadi anak yang sangat tampan dan kuat, tetapi ada kebiasaan yang membuat heran semua orang. Anak tersebut selalu merasa lapar, dan tidak pernah merasa kenyang. Semua jatah makanan dilahapnya tanpa sisa.

Hingga suatu hari anak petani tersebut mendapat tugas dari ibunya untuk mengantarkan makanan dan minuman ke sawah di mana ayahnya sedang bekerja. Tetapi tugasnya tidak dipenuhinya. Semua makanan yang seharusnya untuk ayahnya dilahap habis, dan setelah itu dia tertidur di sebuah gubug. Pak tani menunggu kedatangan anaknya, sambil menahan haus dan lapar. Karena tidak tahan menahan lapar, maka ia langsung pulang ke rumah. Di tengah perjalanan pulang, pak tani melihat anaknya sedang tidur di gubug. Petani tersebut langsung membangunkannya. “Hey, bangun!, teriak petani itu.

Setelah anaknya terbangun, petani itu langsung menanyakan makanannya. “Mana makanan buat ayah?”, Tanya petani. “Sudah habis kumakan”, jawab si anak. Dengan nada tinggi petani itu langsung memarahi anaknya. "Anak tidak tau diuntung ! Tak tahu diri! Dasar anak ikan!," umpat si Petani tanpa sadar telah mengucapkan kata pantangan dari istrinya.

Setelah petani mengucapkan kata-kata tersebut, seketika itu juga anak dan istrinya hilang lenyap tanpa bekas dan jejak. Dari bekas injakan kakinya, tiba-tiba menyemburlah air yang sangat deras. Air meluap sangat tinggi dan luas sehingga membentuk sebuah telaga. Dan akhirnya membentuk sebuah danau. Danau itu akhirnya dikenal dengan nama Danau Toba.

baca selanjutnya ..

malin kundang

Pada suatu hari, hiduplah sebuah keluarga di pesisir pantai wilayah Sumatra. Keluarga itu mempunyai seorang anak yang diberi nama Malin Kundang. Karena kondisi keluarga mereka sangat memprihatinkan, maka ayah malin memutuskan untuk pergi ke negeri seberang.
Besar harapan malin dan ibunya, suatu hari nanti ayahnya pulang dengan membawa uang banyak yang nantinya dapat untuk membeli keperluan sehari-hari. Setelah berbulan-bulan lamanya ternyata ayah malin tidak kunjung datang, dan akhirnya pupuslah harapan Malin Kundang dan ibunya.
Setelah Malin Kundang beranjak dewasa, ia berpikir untuk mencari nafkah di negeri seberang dengan harapan nantinya ketika kembali ke kampung halaman, ia sudah menjadi seorang yang kaya raya. Akhirnya Malin Kundang ikut berlayar bersama dengan seorang nahkoda kapal dagang di kampung halamannya yang sudah sukses.
Selama berada di kapal, Malin Kundang banyak belajar tentang ilmu pelayaran pada anak buah kapal yang sudah berpengalaman. Malin belajar dengan tekun tentang perkapalan pada teman-temannya yang lebih berpengalaman, dan akhirnya dia sangat mahir dalam hal perkapalan.
Banyak pulau sudah dikunjunginya, sampai dengan suatu hari di tengah perjalanan, tiba-tiba kapal yang dinaiki Malin Kundang di serang oleh bajak laut. Semua barang dagangan para pedagang yang berada di kapal dirampas oleh bajak laut. Bahkan sebagian besar awak kapal dan orang yang berada di kapal tersebut dibunuh oleh para bajak laut. Malin Kundang sangat beruntung dirinya tidak dibunuh oleh para bajak laut, karena ketika peristiwa itu terjadi, Malin segera bersembunyi di sebuah ruang kecil yang tertutup oleh kayu.
Malin Kundang terkatung-katung ditengah laut, hingga akhirnya kapal yang ditumpanginya terdampar di sebuah pantai. Dengan sisa tenaga yang ada, Malin Kundang berjalan menuju ke desa yang terdekat dari pantai. Sesampainya di desa tersebut, Malin Kundang ditolong oleh masyarakat di desa tersebut setelah sebelumnya menceritakan kejadian yang menimpanya. Desa tempat Malin terdampar adalah desa yang sangat subur. Dengan keuletan dan kegigihannya dalam bekerja, Malin lama kelamaan berhasil menjadi seorang yang kaya raya. Ia memiliki banyak kapal dagang dengan anak buah yang jumlahnya lebih dari 100 orang. Setelah menjadi kaya raya, Malin Kundang mempersunting seorang gadis untuk menjadi istrinya.
Setelah beberapa lama menikah, Malin dan istrinya melakukan pelayaran dengan kapal yang besar dan indah disertai anak buah kapal serta pengawalnya yang banyak. Ibu Malin Kundang yang setiap hari menunggui anaknya, melihat kapal yang sangat indah itu, masuk ke pelabuhan. Ia melihat ada dua orang yang sedang berdiri di atas geladak kapal. Ia yakin kalau yang sedang berdiri itu adalah anaknya Malin Kundang beserta istrinya.
Malin Kundang pun turun dari kapal. Ia disambut oleh ibunya. Setelah cukup dekat, ibunya melihat belas luka dilengan kanan orang tersebut, semakin yakinlah ibunya bahwa yang ia dekati adalah Malin Kundang. "Malin Kundang, anakku, mengapa kau pergi begitu lama tanpa mengirimkan kabar?", katanya sambil memeluk Malin Kundang. Tetapi Kundang segera melepaskan pelukan ibunya dan mendorongnya hingga terjatuh. "Wanita tak tahu diri, sembarangan saja mengaku sebagai ibuku", kata Malin Kundang pada ibunya. Malin Kundang pura-pura tidak mengenali ibunya, karena malu dengan ibunya yang sudah tua dan mengenakan baju compang-camping. "Wanita itu ibumu?", Tanya istri Malin Kundang. "Tidak, ia hanya seorang pengemis yang pura-pura mengaku sebagai ibuku agar mendapatkan harta ku", sahut Malin kepada istrinya. Mendengar pernyataan dan diperlakukan semena-mena oleh anaknya, ibu Malin Kundang sangat marah. Ia tidak menduga anaknya menjadi anak durhaka. Karena kemarahannya yang memuncak, ibu Malin menengadahkan tangannya sambil berkata "Oh Tuhan, kalau benar ia anakku, aku sumpahi dia menjadi sebuah batu". Tidak berapa lama kemudian angin bergemuruh kencang dan badai dahsyat datang menghancurkan kapal Malin Kundang. Setelah itu tubuh Malin Kundang perlahan menjadi kaku dan lama-kelamaan akhirnya berbentuk menjadi sebuah batu karang.

baca selanjutnya ..

timun mas

Di suatu desa hiduplah seorang janda tua yang bernama mbok Sarni. Tiap hari dia menghabiskan waktunya sendirian, karena mbok Sarni tidak memiliki seorang anak. Sebenarnya dia ingin sekali mempunyai anak, agar bisa membantunya bekerja.
Pada suatu sore pergilah mbok Sarni ke hutan untuk mencari kayu, dan ditengah jalan mbok Sarni bertemu dengan raksasa yang sangat besar sekali. “Hei, mau kemana kamu?”, tanya si Raksasa. “Aku hanya mau mengumpulkan kayu bakar, jadi ijinkanlah aku lewat”, jawab mbok Sarni. “Hahahaha.... kamu boleh lewat setelah kamu memberiku seorang anak manusia untuk aku santap”, kata si Raksasa. Lalu mbok Sarni menjawab, “Tetapi aku tidak mempunyai anak”.
Setelah mbok Sarni mengatakan bahwa dia tidak punya anak dan ingin sekali punya anak, maka si Raksasa memberinya biji mentimun. Raksasa itu berkata, “Wahai wanita tua, ini aku berikan kamu biji mentimun. Tanamlah biji ini di halaman rumahmu, dan setelah dua minggu kamu akan mendapatkan seorang anak. Tetapi ingat, serahkan anak itu padaku setelah usianya enam tahun”.
Setelah dua minggu, mentimun itu nampak berbuah sangat lebat dan ada salah satu mentimun yang cukup besar. Mbok Sarni kemudian mengambilnya , dan setelah dibelah ternyata isinya adalah seorang bayi yang sangat cantik jelita. Bayi itu kemudian diberi nama timun emas.
Semakin hari timun emas semakin tumbuh besar, dan mbok Sarni sangat gembira sekali karena rumahnya tidak sepi lagi. Semua pekerjaannya bisa selesai dengan cepat karena bantuan timun emas.
Akhirnya pada suatu hari datanglah si Raksasa untuk menagih janji. Mbok Sarni sangat ketakutan, dan tidak mau kehilangan timun emas. Kemudian mbok Sarni berkata, “Wahai raksasa, datanglah kesini dua tahun lagi. Semakin dewasa anak ini, maka semakin enak untuk di santap”. Si Raksasa pun setuju dan meninggalkan rumah mbok Sarni.
Waktu dua tahun bukanlah waktu yang lama, karena itu tiap hari mbok Sarni mencari akal bagaimana caranya supaya anaknya tidak dibawa si Raksasa. Hati mbok Sarni sangat cemas sekali, dan akhirnya pada suatu malam mbok Sarni bermimpi. Dalam mimpinya itu, ia diberitahu agar timun emas menemui petapa di Gunung.
Pagi harinya mbok Sarni menyuruh timun emas untuk segera menemui petapa itu. Setelah bertemu dengan petapa, timun emas kemudian bercerita tentang maksud kedatangannya. Sang petapa kemudian memberinya empat buah bungkusan kecil yang isinya biji mentimun, jarum, garam, dan terasi. “Lemparkan satu per satu bungkusan ini, kalau kamu dikejar oleh raksasa itu”, perintah petapa. Kemudian timun meas pulang ke rumah, dan langsung menyimpan bungkusan dari sang petapa.
Paginya raksasa datang lagi untuk menagih janji. “Wahai wanita tua, mana anak itu? Aku sudah tidak tahan untuk menyantapnya”, teriak si Raksasa. Kemudian mbok Sarni menjawab, “Janganlah kau ambil anakku ini wahai raksasa, karena aku sangat sayang padanya. Lebih baik aku saja yang kamu santap”. Raksasa tidak mau menerima tawaran dari mbok Sarni itu, dan akhirnya marah besar. “Mana anak itu? Mana timun emas?”, teriak si raksasa.
Karena tidak tega melihat mbok Sarni menangis terus, maka timun emas keluar dari tempat sembunyinya. “Aku di sini raksasa, tangkaplah aku jika kau bisa!!!”, teriak timun emas.
Raksasapun mengejarnya, dan timun emas mulai melemparkan kantong yang berisi mentimun. Sungguh ajaib, hutan menjadi ladang mentimun yang lebat buahnya. Raksasapun menjadi terhambat, karena batang timun tersebut terus melilit tubuhnya. Tetapi akhirnya si raksasa berhasil bebas juga, dan mulai mngejar timun emas lagi. Lalu timun emas menaburkan kantong kedua yang berisi jarum, dalam sekejap tumbuhlan pohon-pohon bambu yang sangat tinggi dan tajam. Dengan kaki yang berdarah-darah karena tertancap bambu tersebut si raksasa terus mengejar.
Kemudian timun emas membuka bingkisan ketiga yang berisi garam. Seketika itu hutanpun menjadi lautan luas. Tetapi lautan itu dengan mudah dilalui si raksasa. Yang terakhir Timun Emas akhirnya menaburkan terasi, seketika itu terbentuklah lautan lumpur yang mendidih, dan si raksasa tercebur di dalamnya. Akhirnya raksasapun mati.
Timun Emas mengucap syukur kepada Tuhan YME, karena sudah diselamatkan dari raksasa yang kejam. Akhirnya Timun Emas dan Mbok Sarni hidup bahagia dan damai.

baca selanjutnya ..

putri tidur

Dahulu kala, ada sepasang Raja dan Ratu yang berbahagia, karena setelah bertahun-tahun lamanya, akhirnya Ratu melahirkan seorang Puteri.

Raja dan Ratu mengundang tujuh peri untuk datang dan memberkati Puteri yang baru saja lahir itu.

Dalam acara megah yang diselenggarakan sebagai penghormatan kepada para peri itu, masing-masing peri memberikan berkat kepada sang Puteri.

Peri pertama mengatakan “Kamu akan menjadi Puteri tercantik di dunia.”Peri kedua mengatakan “Kamu akan menjadi seorang Puteri yang periang.”Peri ketiga mengatakan “Kamu akan selalu mendapatkan banyak kasih sayang.”Peri keempat mengatakan “Kamu akan dapat menari dengan sangat anggun.”Peri kelima mengatakan “Kamu akan dapat bernyanyi dengan sangat merdu.”
Peri keenam mengatakan “Kamu akan sangat pintar memainkan alat musik.”

Tiba2 datang peri tua ke tengah acara itu. Ia sangat marah karena tidak diundang. Semua orang memang sudah lama tidak pernah melihat peri tua itu, dan mengira bahwa ia sudah meninggal atau pergi dari kerajaan itu.

Peri tua yang marah itu mendekati sang Puteri dan mengutuknya “Jarimu akan tertusuk jarum pintal dan kamu akan mati!” dan kemudian peri tua itu pun menghilang.

Semua orang sangat terkejut. Ratu pun mulai menangis.

Peri ketujuh mendekati sang Puteri dan memberikan berkatnya “Aku tidak bisa membatalkan kutukan, tapi aku dapat memberikan berkatku supaya Puteri tidak akan mati karena terkena jarum pintal, melainkan hanya tertidur pulas selama seratus tahun. Setelah seratus tahun, seorang Pangeran tampan akan datang untuk membangunkannya.”

Raja dan Ratu merasa sedikit lega mendengarnya. Mereka lalu mengeluarkan peraturan baru bahwa di kerajaan itu tidak boleh ada alat pintal satu pun. Mereka menyita dan menghancurkan semua alat pintal yang ada di kerajaan itu demi selamatan sang Puteri. Pada suatu hari disaat Puteri berusia 18 tahun, Raja dan Ratu pergi sepanjang hari.

Karena kesepian, sang Puteri berjalan-jalan menjelajahi istana dan sampai di sebuah loteng. Disana ia menjumpai seorang wanita tua yang sedang memintal benang menggunakan alat pintal.  Karena belum pernah melihat alat pintal, sang Puteri sangat tertarik dan ingin mencoba. 

Wanita tua itu sebenarnya adalah peri tua jahat yang dulu mengutuknya. Saat sang Puteri mencoba alat pintal itu, ia pun dengan sengaja menusukkan jarum pintal ke tangan sang Puteri.  

Sang Puteri jatuh tak sadarkan diri dan tertidur karena terkena kutukan. Peri tua jahat tertawa puas dan menghilang dalam kegelapan. 

Saat Raja dan Ratu kembali, mereka dan seluruh pegawai kerajaan kebingungan mencari sang Puteri. Saat mereka menemukannya, Raja tersadar bahwa kutukan peri tua jahat telah menjadi kenyataan. Sang Puteri lalu dibawa ke kamarnya dan dibaringkan di tempat tidurnya. Raja lalu mengirimkan kabar mengenai peristiwa itu ke peri ketujuh yang baik hati. 

Peri ketujuh yang baik hati lalu bergegas ke istana. Ia memutuskan untuk menidurkan semua orang di kerajaan itu supaya kelak saat kutukan sang Puteri berakhir mereka semua akan bangun bersama-sama.  

Dalam waktu singkat pohon-pohon besar dan semak belukar yang lebat dan berduri tumbuh di seluruh wilayah kerajaan, sehingga sangat sulit bagi siapapun untuk menerobosnya. Bahkan puncak-puncak istana pun hanya dapat terlihat ujungnya saja. Karena menjadi sangat tertutup, sang Puteri dan seluruh kerajaan menjadi aman, walaupun mereka semua tertidur.  

Setelah masa seratus tahun berakhir, seorang Pangeran tampan yang kebetulan sedang berburu di dekat wilayah kerajaan itu melihat pucuk-pucuk istana itu. Ia sudah banyak mendengar cerita tentang kerajaan itu, antara lain tentang istana yang dianggap berhantu, para penyihir, dan cerita-cerita lain yang sangat menyeramkan yang sebenarnya tidak benar.  

Karena penasaran, saat kembali dari berburu sang Pangeran mencari orang tua yang paling bijaksana dan pintar di kerajaan untuk menanyakan tentang kerajaan tetangga yang penuh misteri itu. 

Orang tua yang bijaksana itu lalu bercerita bahwa menurut leluhurnya, di dalam istana di kerajaan yang misterius itu terbaring seorang Puteri yang paling cantik di dunia, yang tertidur karena terkena kutukan dari peri tua jahat. Sang Puteri akan terus tidur hingga ada seorang Pangeran yang datang untuk membangunkannya.  

Pangeran tampan yang pemberani itu lalu bergegas berangkat menuju kerajaan misterius itu. Ia berniat untuk menyelamatkan sang Puteri. Sang Pangeran berjuang menembus semak belukar dan pepohonan untuk dapat mencapai kedalam wilayah kerajaan yang misterius itu. 

Sesampainya disana, ia melihat banyak sekali orang dan hewan peliharaan yang terbaring dimana-mana. Tetapi mereka tidak mati, sepertinya mereka hanya tertidur sangat nyenyak.  Pangeran lalu masuk ke dalam istana. Disana ia pun melihat seluruh pegawai kerajaan yang tertidur pulas. 

Setelah berjalan-jalan menjelajahi istana itu, sang Pangeran berhasil menemukan sang Puteri di sebuah kamar. Sang Pangeran terpesona oleh kecantikan sang Puteri. Pangeran pun berlutut dan memegang tangan sang Puteri. Saat itulah kutukan berakhir dan sang Puteri membuka matanya. Ia menyambut sang Pangeran yang telah lama ia tunggu dengan bahagia.

Dalam waktu yang bersamaan seluruh penghuni istana dan seluruh kerajaan terbangun. Semak belukar dan pepohonan menghilang. Semua orang kembali mengerjakan urusan mereka masing-masing. Raja dan Ratu juga terbangun dan segera menyambut sang Pangeran dari kerajaan tetangga itu.

Tak lama kemudian, sang Puteri dan sang Pangeran tampan menikah. Mereka lalu hidup berbahagia selamanya.

baca selanjutnya ..

cinderela

Di sebuah rumah, hiduplah seorang anak yang sangat cantik dan baik hati. Dia diberi nama Cinderela oleh kedua kakak tirinya. Kakak tiri Cindera itu sangat tidak suka dengan Cinderela. Tiap hari Cinderela selalu mendapatkan perlakuan yang kasar dari kedua kakak dan ibu trinya. Dia selalu disuruh mengerjakan semua pekerjaan rumah dan selalu dibentak-bentak.
Hingga pada suatu hari, datanglah pegawai kerajaan ke rumah mereka. Pegawai kerajaan teresebut ternyata membawa undangan pesta dari sang raja. Kedua kakak dan ibu tiri Cinderala bersorak kegirangan. “Horeeee….. besok kita akan pergi ke Istana. Aku akan berdandan secantik mungkin, agar pangeran suka denganku”, teriak kedua kakak Cinderela. Mendengar teriakan kakak-kakaknya tersebut, lalu Cinderela meminta ijin pada ibu tirinya untuk ikut dalam pesta tersebut. Cinderela sangat sedih, karena ibu tiri dan kakak-kakak tirinya tidak mengijinkan dia ikut dalam acara itu. “Kamu mau pakai baju apa Cinderela? Apa kamu mau ke pesta dengan baju kumalmu itu?”, teriak kakaknya.
Akhirnya waktu pelaksanaan pesta sudah tiba, semuanya sudah berdandan dengan cantik dan sudah siap berangkat. Cinderela hanya bias memandangi kakak dan ibu tirinya. Dia sangat sedih sekali,karena tidak dapat ikut dalam pesta itu. Dia hanya bisa menangis di dalam kamar dan membayangkan meriahnya pesta tersebut. “Andaikan aku bisa ikut dalam pesta itu, pasti aku akan senang sekali”, gumam Cindera. Tidak berapa lama setelah Cinderela berkata, tiba-tiba ada suara dari belakangnya. “Janganlah engkau menangis Cinderela”. Mendengar suara itu, lalu Cinderela berbalik. Ternyata dia melihat ada seorang peri yang sedang tersenyum padanya. “Kamu pasti bisa dating ke pesta itu Cinderela”, kata peri itu. “Bagaimana caranya? Aku tidak punya baju pesta dan saudara-saudaraku juga sudah berangkat.”, tanya Cinderela pada peri itu.
“Tenanglah Cinderela, bawalah empat ekor tikus dan dua ekor kadal kepadaku", kata peri itu. Setelah semuanya dikumpulkan Cinderela, peri membawa tikus dan kadal tersebut ke kebun labu di halaman belakang. "Sim salabim!" sambil menebar sihirnya, terjadilah suatu keajaiban. Tikus-tikus berubah menjadi empat ekor kuda, serta kadal-kadal berubah menjadi dua orang sais. Cinderela pun disulap menjadi Putri yang sangat cantik, dengan memakai gaun yang sangat indah dan sepatu kaca.
"Cinderela, pengaruh sihir ini akan lenyap setelah lonceng pukul dua belas malam, jadi lamu harus pulang sebelum pukul dua belas”,kata peri itu. "Ya ibu peri. Terimakasih", jawab Cinderela. Setelah semuanya sudah siap, kereta kuda emas segera berangkat membawa Cinderela menuju istana. Setelah tiba di istana, ia langsung masuk ke aula istana. Begitu masuk, pandangan semua yang hadir tertuju pada Cinderela. Mereka sangat kagum dengan kecantikan Cinderela. "Cantik sekali putri itu! Putri dari negara mana ya ?" Tanya mereka.
Akhirnya sang Pangeran datang menghampiri Cinderela. "Putri yang cantik, maukah Anda menari dengan saya ?" katanya. "Ya…," kata Cinderela sambil mengulurkan tangannya sambil tersenyum. Mereka menari berdua dalam irama yang pelan. Ibu dan kedua kakak Cinderela yang berada di situ tidak menyangka kalau putrid yang cantik itu adalah Cinderela. Pangeran terus berdansa dengan Cinderela. "Orang seperti andalah yang saya idamkan selama ini," kata sang Pangeran.
Karena terlalu senag dan menikmati pesta itu, Cinderela lupa akan waktu. Jam mulai berdentang 12 kali. "Maaf Pangeran saya harus segera pulang..,". Cinderela menarik tangannya dari genggaman pangeran dan segeraberlari ke luar Istana. Di tengah jalan, Cinderela terjatuh dan sepatunya terlepas sebelah, tapi Cinderela tidak memperdulikannya, ia terus berlari. Pangeran mengejar Cinderela, tetapi ia kehilangan jejak Cinderela. Di tengah anak tangga, ada sebuah sepatu kaca kepunyaan Cinderela. Pangeran mengambil sepatu itu. "Aku akan mencarimu," katanya bertekad dalam hati. Meskipun Cinderela kembali menjadi gadis yang penuh berpakaian tidak bagus lagi, ia amat bahagia karena bisa pergi pesta.
Esok harinya, para pengawal yang dikirim Pangeran datang ke rumah-rumah yang ada anak gadisnya di seluruh pelosok negeri untuk mencocokkan sepatu kaca dengan kaki mereka, tetapi tidak ada yang cocok. Sampai akhirnya para pengawal tiba di rumah Cinderela. "Kami mencari gadis yang kakinya cocok dengan sepatu kaca ini," kata para pengawal. Kedua kakak Cinderela mencoba sepatu tersebut, tapi kaki mereka terlalu besar. Mereka tetap memaksa kakinya dimasukkan ke sepatu kaca sampai lecet. Pada saat itu, pengawal melihat Cinderela. "Hai kamu, cobalah sepatu ini," katanya. Ibu tiri Cinderela menjadi marah," tidak akan cocok dengan anak ini!". Kemudian Cinderela menjulurkan kakinya. Ternyata sepatu tersebut sangat cocok. "Ah! Andalah Putri itu," seru pengawal gembira. "Iya akulah wanita yang dicari pangeran”,kata Cinderela. “Selamat Cinderela!” Mendengar kata itu, Cinderela lalu menoleh kebelakang, dan dilihatnya ibu peri sudah berada di belakangnya. "Mulai sekarang hiduplah berbahagia dengan Pangeran di istana. Sim salabim!.," katanya peri tersebut.
Begitu peri membaca mantranya, Cinderela berubah menjadi seorang Putri yang memakai gaun yang sangat bagus. "Pengaruh sihir ini tidak akan hilang sampai kapanpun Cinderela”, kata sang peri. Cinderela kemudian dibawa oleh pengawal istana untuk bertemu dengan sang pangeran. Sesampainya di Istana, Pangeran sangat senang sekali,dan menyambut kedatangan Cinderela. Akhirnya Cinderela menikah dengan Pangeran dan hidup berbahagia di dalam Istana.

baca selanjutnya ..

keong mas

Di Kerajaan Daha, hiduplah dua orang putri yang sangat cantik jelita. Putri nan cantik jelita tersebut bernama Candra Kirana dan Dewi Galuh. Kedua putri Raja tersebut hidup sangat bahagia dan serba kecukupan.
Hingga suatu hari datanglah seorang pangeran yang sangat tampan dari Kerajaan Kahuripan ke Kerajaan Daha. Pangeran tersebut bernama Raden Inu Kertapati. Maksud kedatangannya ke Kerajaan Daha adalah untuk melamar Candra Kirana. Kedatangan Raden Inu Kertapati sangat disambut baik oleh Raja Kertamarta, dan akhirnya Candra Kirana ditunangkan dengan Raden Inu Kertapati.
Pertunangan itu ternyata membuat Dewi Galuh merasa iri. Kerena dia merasa kalau Raden Inu Kertapati lebih cocok untuk dirinya. Oleh karena itu Dewi Galuh lalu pergi ke rumah Nenek Sihir. Dia meminta agar nenek sihir itu menyihir Candra Kirana menjadi sesuatu yang menjijikkan dan dijauhkan dari Raden Inu. Nenek Sihir pun menyetujui permintaan Dewi Galuh, dan menyihir Candra Kirana menjadi Keong Emas, lalu membuangnya ke sungai. 

Suatu hari seorang nenek sedang mencari ikan dengan jala, dan keong emas terangkut dalam jalanya tersebut. Keong Emas itu lalu dibawanya pulang dan ditaruh di tempayan. Besoknya nenek itu mencari ikan lagi di sungai, tetapi tak mendapat ikan seekorpun. Kemudian Nenek tersebut memutuskan untuk pulang saja, sesampainya di rumah ia sangat kaget sekali, karena di meja sudah tersedia masakan yang sangat enak-enak. Si nenek bertanya-tanya pada dirinya sendiri, siapa yang mengirim masakan ini.
Begitu pula hari-hari berikutnya si nenek menjalani kejadian serupa, keesokan paginya nenek ingin mengintip apa yang terjadi pada saat dia pergi mencari ikan. Nenek itu lalu berpura-pura pergi ke sungai untuk mencari ikan seperti biasanya, lalu pergi ke belakang rumah untuk mengintipnya. Setelah beberapa saat, si nenek sangat terkejut. Karena keong emas yang ada ditempayan berubah wujud menjadi gadis cantik. Gadis tersebut lalu memasak dan menyiapkan masakan tersebut di meja. Karena merasa penasaran, lalu nenek tersebut memberanikan diri untuk menegur putri nan cantik itu. “Siapakah kamu ini putri cantik, dan dari mana asalmu?”, tanya si nenek. "Aku adalah putri kerajaan Daha yang disihir menjadi keong emas oleh nenek sihir utusan saudaraku karena merasa iri kepadaku", kata keong emas. Setelah menjawab pertanyaan dari nenek, Candra Kirana berubah lagi menjadi Keong Emas, dan nenek sangat terheran-heran.
Sementara pangeran Inu Kertapati tak mau diam saja ketika tahu candra kirana menghilang. Iapun mencarinya dengan cara menyamar menjadi rakyat biasa. Nenek sihirpun akhirnya tahu dan mengubah dirinya menjadi gagak untuk mencelakakan Raden Inu Kertapati. Raden Inu Kertapati Kaget sekali melihat burung gagak yang bisa berbicara dan mengetahui tujuannya. Ia menganggap burung gagak itu sakti dan menurutinya padahal raden Inu diberikan arah yang salah. Diperjalanan Raden Inu bertemu dengan seorang kakek yang sedang kelaparan, diberinya kakek itu makan. Ternyata kakek adalah orang sakti yang baik Ia menolong Raden Inu dari burung gagak itu.
Kakek itu memukul burung gagak dengan tongkatnya, dan burung itu menjadi asap. Akhirnya Raden Inu diberitahu dimana Candra Kirana berada, disuruhnya raden itu pergi kedesa dadapan. Setelah berjalan berhari-hari sampailah ia kedesa Dadapan Ia menghampiri sebuah gubuk yang dilihatnya untuk meminta seteguk air karena perbekalannya sudah habis. Di gubuk itu ia sangat terkejut, karena dari balik jendela ia melihat Candra Kirana sedang memasak. Akhirnya sihir dari nenek sihir pun hilang karena perjumpaan itu. Akhirnya Raden Inu memboyong tunangannya beserta nenek yang baik hati tersebut ke istana, dan Candra Kirana menceritakan perbuatan Dewi Galuh pada Baginda Kertamarta.
Baginda minta maaf kepada Candra Kirana dan sebaliknya. Dewi Galuh lalu mendapat hukuman yang setimpal. Karena Dewi Galuh merasa takut, maka dia melarikan diri ke hutan. Akhirnya pernikahan Candra kirana dan Raden Inu Kertapati pun berlangsung, dan pesta tersebut sangat meriah. Akhirnya mereka hidup bahagia.

baca selanjutnya ..

harimau dan kerbau

Ditulis oleh Kakak Koko
Cerita Rakyat Lombok
Dahulu kala, di suatu padang kering dan tandus hiduplah seekor kerbau kurus. Karena hampir tiap hari tak mendapatkan rumput, maka kerbau itu pergi ke padang yang lain. Sampailah dia ke padang dimana banyak rumputnya. Hatinya gembira melihat rumput hijau itu.
“Nah, inilah makananku,” gumamnya sendiri dan tersenyum.
Tapi tiba-tiba muncullah seekor harimau besar menghadangnya. Lalu dia berkata, “O, tidak mudah kau ambil makan di sini kecuali sudah mendapat ijinku.”
“Kalau begitu ijinkanlah aku memakannya,” pinta kerbau.
“Silakan, asal kau mau memberikan sesuatu padaku,” jawab harimau. “Sebab setiap siapa datang kemari untuk makan rumput pasti berjanji akan memberikan sesuatu untukku. Bagaimana kalau kau besok memberikan hatimu kepadaku?”

Kerbau berpikir sejenak.
“Biarlah akan kuberikan padamu,” akhirnya kerbau berjanji akan memberikan hatinya kepada harimau.
Beberapa hari kemudian harimau menemui kerbau, tapi si kerbau sudah mengerti maksud kedatangan harimau.
“Bagaimana janjimu, kerbau?” tanya harimau,
“Kau terlalu cepat menagih janjimu,” jawab kerbau. “Sabarlah besok kalau badanku sudah gemuk.”
Selang beberapa bulan kemudian badan kerbau memang sudah nampak gemuk. Karena itulah, maka harimau ingin segera kerbau memenuhi janjinya. Tapi si kerbau tak mau menyerahkan hatinya. Dia ingin mempertahankannya. “Kenapa aku harus menyerahkan satu-satunya hatiku? Padahal hanya karena aku makan rumput di sini. Bukankah rumput ini juga milikku?” pikirnya.
Mendengar geram harimau, kerbau siap melawannya. Dan memang terjadilah pertarungan sengit antara dua binatang itu. Lama juga pertarungan yang nampak saling serang menyerang itu. Tapi akhirnya kerbau tak kuat menahan serangan harimau. Dia lari. Tapi harimau terus mengejarnya.
Di tengah perjalanan kerbau berjumpa dengan kuda.
“Ada apa kau lari terengah-engah?” tanya kuda terheran-heran.
“Aku dikejar harimau. Hendak membunuhku,” jawab kerbau tersengal-sengal.
“Jangan kuatir! Bersembunyilah di balik badanku!” suruh kuda.
Ketika harimau datang terjadilah perkelahian antara harimau dan kuda. Mereka saling dorong mendorong. Saling memagut. Saling ingin merobohkan. Tapi akhirnya kuda pun terpaksa mengakui keperkasaan si raja hutan.
Kuda dan kerbau terpaksa lari menemui banteng.
“Tolong kawan, kami akan dibunuh harimau. Dia mengejarku sekarang. Tolonglah …” kata kuda gelisah.
“Baiklah. Jika harimau ingin membunuhmu, biarlah dia membunuh si banteng perkasa ini lebih dulu,” ujar banteng bangga. “Mana dia sekarang?”
Belum lagi kuda dan kerbau menjawab, harimau telah melompat dan menerkam banteng. Dia menerjangnya sekuat tenaga. Terjadilah pertarungan sengit. Tapi akhirnya bantengpun terpaksa menyerah kalah. Mereka bertiga lari tunggang langgang. Sedangkan harimau terus mengejarnya, seolah belum puas bila belum memakan ketiga binatang itu.
Sampailah mereka di sebuah padang rumput dimana terdapat sebuah sumur tua. Mereka bertemu dengan kambing dan memberitahukan kalau mereka dalam keadaan bahaya, hendak dibunuh harimau. Dan tanpa banyak kata kambing segera bersiap membantunya. Dia mengoleskan buah kaktus hingga badannya merah.
Tiba-tiba harimau datang dengan geramnya.
“Kamu lihat kerbau dan kawan-kawannya?” tanya harimau garang.
“Ya, kenapa?” jawab kambing.
“Mereka hendak kubunuh.”
“Mereka telah kubunuh semua, karena menggangguku. Kau pun akan kubunuh jika menggangguku. Lihatlah badanku sampai merah begini. Ketiga binatang itu telah kubinasakan.”
“Dimana mereka sekarang ?” kejar harimau belum puas.
“Kalau kau ingin melihat mereka, tengoklah sumur itu!”
Harimau heran. Lalu dia melongokkan kepalanya ke dalam sumur. Tapi belum lagi dia melihat isi sumur, banteng mendorongnya dari belakang hingga harimau terjerembab ke dalam sumur tua itu. Matilah harimau.

baca selanjutnya ..

putri duyung

Tersebutlah seorang raja laut yang ditinggalkan oleh permaisurinya. Maka hidupnya hanya ditemani oleh enam orang putrinya dengan diasuh oleh seorang neneknya.
Neneknya membuat perraturan, bahwa hanya jika sudah berusia lima belas tahun cucunya boleh muncul ke permukaan laut melihat dunia manusia.
“Kenapa harus begitu, Nek?” tanya seorang cucunya.
“Begitulah, agar kalian nampak cantik dilihat oleh manusia di daratan,” jawab neneknya.

Waktu pun berlalu. Satu perrsatu putri-putri itu tumbuh menjadi gadis yang sangat cantik. Namun diantara putri-putri cantik itu yang paling cantik adalah Puteri Duyung bungsu.
Ombak akan tenang bilamana Puteri Duyung muncul ke permukaan laut.
Pada suatu hari Putri Duyung bungsu muncul di permukaan laut. Dilihatnya sebuah perahu semakin mendekatinya. “Alangkah tampannya penumpang perahu itu. O, yang itu lebih tampan lagi,” katanya kepada dirinya sendiri setelah dekat dengan perahu. Dia memang heran, karena penumpang yang dianggapnya paling tampan adalah Putra seorang raja.
Tiba-tiba cuaca berubah menjadi buruk. Angin taufan menyambar-nyambar perahu. Perahu jadi oleng. Dan akhirnya perahu itu tenggelam. Melihat kecelakaan tersebut Putri Duyung sangat kasihan kepada Putra Raja. Ditolongnya pemuda itu. Dalam keadaan pingsan Putra Raja diletakkan di tepi pantai, sedang dia sendiri kembali pulang kedasar laut.
Tapi sulit bagi Putri Duyung untuk melupakan wajah yang tampan itu. Maka dia menceritakannya kepada kakak-kakaknya apa yang telah dialaminya. Kakak-kakaknya tertawa memperolok.
“Pantas saja kau jadi pemurung kini,” kata salah seorang kakaknya.
Karena amat rindu kepada Putra Raja, Putri Duyung ingin pergi ke permukaan laut. Ingin menjumpai Putra Raja. Sebenarnya neneknya melarang agar jangan sekali-kali menjumpai Putra Raja, karena ekor Putri Duyung sangat buruk dan tak disukai oleh manusia. Namun Putri Duyung tetap berkemauan keras. Dia pergi kepada Pesihir.
“Aku bisa menolongmu, kau berkaki cantik asal suaramu boleh kuminta,” kata Pesihir.
“Baiklah,” jawab Putri Du¬yung.
“Minumlah obat ini jika kau sudah sampai di permukaan laut,”Putri Duyung mengangguk.
Sesampainya di permukaan laut, obat dari Pesihir itu diminumnya. Seketika itu juga dia pingsan. Tapi setelah siuman Putri Duyung melihat disampingnya telah duduk Putra Raja dengan tersenyum. Alangkah bahagia hati Putri Duyung. Tapi sayang ketika Putra Raja yang tampan menanyakannya, Putri Duyung tak bisa bersuara. Dia ingat bahwa suaranya telah diberikan kepada Pesihir. Dengan begitu Putra Raja seolah hanya berhadapan dengan seorang gadis cantik tetapi bisu. Kecewalah hati Putra Raja. Menangislah Putri Duyung ketika Putra Raja meninggalkannya. Dia pun jadi putus asa. Kemudian dia mencebur ke laut pulang ke istana ayahnya. Dia sangat malu kepada manusia. Itulah maka Putri Duyung selalu mengelak dari pandangan manusia.

baca selanjutnya ..

Jumat, 22 Juni 2012

kancil dan harimau

Kancil berlari layaknya tengah dikejar hewan pemangsa. Ia menerobos apa saja yang berada didepannya. Tingginya ilalang bukanlah penghalang, pohon menjulang tidak menjadi aral melintang. “aku harus berlari demi keselamatan diri” kata Kancil. Berlari dan berlari hanya itu yang bisa dilakukannya untuk menghindari kejaran Buaya. Kalau ia sampai tertangkap pastilah Buaya-buaya itu akan mencincangnya. Nafasnya terengah-engah karena sekian lama berlari, akhirnya ia berhenti di sebuah sendang, Kancil minum kemudian beristirahat. “aku telah membohongi Pak Tani dan Anjingnya, Kera, dan Buaya. Sekarang aku tengah menghadapi masalah yang berat karena Kera akan melaporkan aku kepada Harimau. Sang raja pasti akan memangasaku karena ini.” kata Kancil dalam hatinya. Ia duduk termenung dipinggir sendang itu merenungkan nasibnya. “aku pasti bisa menghadapinya.” Kancil menyemangati dirinya.
Merasa sudah cukup beristirahat, Kancil meneruskan perjalanannya yang tanpa tujuan. Langkahnya gontai menyusuri lebatnya hutan. Cukup jauh berjalan, Kancil bertemu dengan serombongan Kerbau.
“Hendak kemana kamu Cil?” Tanya kepala rombongan Kerbau, kepada Kancil.
“Tidak tahu, aku hanya ingin berkelana mengelilingi seluruh hutan ini. kalian sendiri mau kemana?” Kancil balik bertanya.
“Kami semua akan pergi menghadap sang raja. Seluruh hewan di hutan ini mendapat undangan. Apakah kamu tidak diundang sang raja Cil?”
“Tidak! Memanganya ada apa gerangan sang raja mengumpulkan seluruh warga hutan? Adakah hal sangat penting?” Kancil ingin tahu.
“Kami sendiri tidak tahu. Beberapa hari yang lalu, Merpati utusan raja menemui kami untuk menyampaikan berita ini. Sang raja menghendaki seluruh rakyatnya berkumpul pada purnama nanti.” Jelas kerbau.
“Aku tidak menerima undangan itu, mungkin karena aku selalu berpindah-pindah tempat jadi tidak bertemu dengan utusan raja.”
“Walaupun kamu tidak mendapatkan undangan, seharusnya kamu tetap datang kepertemuan itu, karena engkau juga warga di hutan ini. sebagai warga yang baik, tentulah kau harus mentaati peraturan disini.” Bujuk Kerbau mengajak Kancil.
Kancil sangatlah tahu apa yang akan terjadi kalau saja ia menghadiri acara tersebut. Harimau akan langsung memakannya, karena Kera pastilah sudah melaporkan tindakannya.
“Mungkin karena aku hanya hewan kecil yang sama sekali tidak berpengaruh di hutan ini, hingga tidak perlu mendapatkan undangan. Lebih baik kalian saja yang pergi, dan sampaikan salam hormatku kepada sang raja.” Kancil beralasan.
“Baiklah kalau begitu, kami akan menyampaikan salammu kepada sang raja.”
Selesai mengatakan itu, merekapun berpisah. Kancil terus menerus menebak apa yang akan dibicarakan dalam pertemuan itu. Pikirannya semakin dipenuhi oleh kalut dan takut. Semakin ia berjalan, semakin ketakutan itu menghantuinya hingga akhirnya Kancil menghentikan langkah karena malam telah datang.
Sementara itu, Kera telah sampai ketempat Harimau sang raja hutan. Malam itu Kera menceritakan semua kejadian yang baru saja dialaminya bersama Kancil. Tentu saja laporan Kera kepadanya membuat Harimau sangat geram kepada Kancil.
“Tapi kamu juga bodoh. Aku mengutusmu karena menganggapmu sebagai hewan yang paling cekatan diantara yang lain, namun ternyata kamu tidak sepintar yang aku duga.” Bentak Harimau.
Kemarahan Harimau tentu saja membuat wajah Kera pucat pasi. “maafkan hamba yang mulia. Tapi sungguh Kancil sangatlah cerdik dan saya akhirnya terbuai rayuannya..” Ucap Kera gemetar menahan takut.
“Bukan Kancil yang cerdik, melainkan kamu yang bodoh.” Kata Harimau lebih keras, yang tentu saja membuat Kera semakin ketakutan.
“Maafkan saya paduka. Tolong jangan hukum saya. Saya bersedia melakukan apapun demi maaf dari yang mulia.” Kera memohon.
Semula Harimau memandang Kera dengan tatapan penuh kemarahan, namun mendengar permintaan maaf dan cerita Kera yang nampaknya tidak dibuat-buat menjadikannya luluh juga.
“Baiklah, aku maafkan kamu.” Kata harimau.
Tatap mata Kera langsung berbinar mendengar jawaban Harimau rajanya. Mukanya kembali cerah dan senyum merekah lagi dibibirnya.
“Terimakasih yang mulia, terimaksih.” Ucap Kera berkali-kali. Begitu mendapatkan permintaan maaf dari Harimau, Kera hendak langsung meninggalkan tempat itu dengan tujuan menghindari kemarahan selanjutnya. Belum sempat ia berpamitan, Harimau meneruskan perkataanya.
“Sebagai ganti dari kekeliruan yang kau buat aku akan memberikan tugas baru untukmu.”
“Tugas apa gerangan yang akan yang mulia berikan kepada saya? Saya takut kalau tidak mampu mengembannya.” Ucap Kera sambil menundukkan wajah.
  “Besok malam aku mengundang seluruh warga hutan untuk berkumpul ditempat ini.” Jelas Harimau. “Aku ingin pergi mengembara beberapa waktu kedepan, dan dalam pertemuan itu akan diumumkan bahwa aku menyerahkan tampuk kepemimpinanku untuk sementara kepada Gajah.” Jelas Harimau.
Kera sempat terperanjat dengan perkataan Harimau. “Bukankah biarpun paduka berkelana, anda tetaplah raja kami?” Tanya Kera.
“Aku memang tetap raja kalian, namun aku juga tidak ingin ada kekosongan kekuasaan disini yang pada akhirnya memecah belah persatuan seluruh warga huta. Oleh karena itulah aku menunjuk Gajah untuk menggantikan posisiku sementara waktu.” Harimau menerangkan. “Diantara semua warga hutan, Gajahlah yang paling pantas menggantikanku, karena anakku belum cukup dewasa. Dia kekar, berwibawa, dan cukup disegani oleh hewan-hewan lainnya. Jadi kuharap aku tidak salah pilih.” Harimau melanjutkan.
“Lalu tugas apa yang hendak tuan berikan kepada saya?” Kera bertanya.
“Aku kau ikut bersamaku mengembara. Aku pasti akan memerlukan banyak tenagamu kelak.”
Kera langsung bersemangat mendengar ajakan Harimau. “Baiklah yang mulia, hamba akan menuruti semua perintah paduka dalam pengembaraan nantinya.” Jawab Kera tegas.
Setelah pembicaraan tersebut berakhir, keduanya berpisah unuk saling beristirahat.
Hari yang ditunggu akhirnya tiba. Menjelang malam sudah berdatangan, Kerbau, Kuda, Banteng, Jerapah, Kambing, Ayam, Gajah, dan semua penghuni hutan lainnya kecuali Kancil yang merasa bahwa dia tidak diundang.
Dibawah terangnya cahaya rembulan, mereka berkumpul membentuk setengah lingkaran dimana raja mereka, Harimau berada didepannya. Setelah semuanya berkumpul, Harimau mulai berbicar kepada seluruh rakyatnya.
“Malam ini aku sengaja mengundang kalian semua kesini karena aku ingin menyampaikan sebuah pengumuman yang penting.”
Seluruh undangan terlihat saling mengkerutkan dahinya tanda tengah menerka-nerka pengumuman penting apakah yang akan disampaikan raja mereka.
Belum terlalu lama mereka berpikir, Harimau melanjutkan kata-katanya.
“Sudah sekian lama aku terus-menurus hanya berada ditempat ini karena kewajibanku sebagai raja kalian. Dalam beberapa bulan kedepan, rasanya aku ingin kembali mengembara menikmati bagaimana rasanya mencari hewan buruan layaknya dulu ketika masih muda.......”
Harimau belum sempat menyelesaikan kata-katanya, Kuda menyela.
“Kalau tuan meninggalkan tempat ini siapa yang kan menjadi pemimpin tempat kami berkeluh kesah?”
“Benar yang mulia. Bukankah semua kebutuhan paduka sudah disediakan semuanya?” Kerbau menambahkan.
“Justru karena pertanyaan itulah aku mengumpulkan kalian semua disini. Setelah aku mempertimbangkan secara matang, aku menjatuhkan pilihanku kepada Gajah yang akan menggantikan posisiku sementara waktu.”
“Kenapa bukan putera paduka yang menggantikan posisi yang mulia?” Banteng menyela.
“Kalian semua tentu telah mengetahui kalau anakku masih terlalu muda untuk mengemban tugas ini. Oleh karena itulah aku memilih Gajah yang berbadan kekar dan kuat serta sudah berpengalaman dalam memimpin kelompoknya. Kau sanggup mengemban tugas ini Gajah?” Tanya Harima kepada Gajah.
“Saya merasa kurang mampu dalam mengemban tugas ini. Namun kalau yang mulia meminta saya akan berusaha semampu saya.”
“Gajah telah setuju dengan keputusanku, sekarang tinggal kalian. Bagaimana, setujukah kalian apabila Gajah menggantikanku untuk beberapa waktu?” Harimau ganti bertanya pada seluruh warganya.
“Setuju!” jawab mereka serempak.
“Kalau kalian semua telah setuju, maka pertemuan kita berakhir disini. Mulai besok, Gajah akan menjadi pemimpin baru kalian. Patuhilah ia seperti kalian mematuhi aku. Sekarang beristirahatlah kalian semua.”
“Terimakasih yang mulia.” Kata seluruh warga hutan bersamaan.
Pertemuan malam itupun berakhir dengan menghasilkan keputusan bahwa Gajah akan menggantikan posisi Harimau sebagai raja hutan untuk sementara waktu, karena Harimau akan kembali mengembara. Semuanya setuju, tidak ada satupun yang menolak keputusan raja hutan tersebut.
Pagi itu dengan diiringi tatap mata seluruh penghuni hutan, Harimau dan Kera pergi meninggalkan pusat kerajaan hutan untuk mengembara. Warga hutan-pun segera meninggalkan tempat pertemuan tersebut untuk pulang kerumahnya masing-masing setelah melepas kepergian raja mereka. Hanya Gajah saja yang tertinggal ditempat itu, karena sekarang ialah yang diserahi tanggung jawab untuk mengurusnya.
Harimau dan Kera terus berjalan menyusuri lebatnya rimba. Matahari belumlah tinggi, panas belum begitu menyengat. Riuhnya kicau burung juga masih terus menemani perjalanan sang raja hutan. Diantara ramainya kicauan burung, Harimau amat terpukau dengan suara Kutilang yang merdu.
“Kera, kemari!” perintahnya pada Kera yang berada dibelakangnya.
Kera langsung mendekati majikannya. “Ada apa yang mulia?”
“Kamu dengar kicauan burung Kutilang itu? Indah sekali. Bisakah kau menghadapkannya padaku?” Harimau bertanya sekaligus memerintah.
“Baiklah yang mulia, hamba akan mencobanya.” Kera kemudian memanjat pohon jati yang menjadi tempat berkicaunya sang  Kutilang untuk menyampaikan pesan dari Harimau. Setelah menerima pesan dari Kera, Kutilang segera turun untuk menemui Harimau.
“Ada apa gerangan tuanku memanggil hamba untuk menghadap? Adakah kesalahan yang hamba perbuat?” Kutilang bertanya.
“Tidak, sama sekali engkau tidak melakukan kesalahan.” Jawab Harimau.
“Lalu ada apakah paduka menginginkan hamba menghadap?” Kutilang melanjutan.
“Aku sangat terkesan dengan nyanyianmu tadi. Maukah kau mengajarkan padaku bagaimana caranya menyanyi sepertimu?” Pinta Harimau.
“Maaf yang mulia, saya dan anda mepunyai kelebihan masing-masing yang tidak dapat ditiru. Paduka mempunyai badan yang kekar dan gagah serta taring yang kuat. Dan saya diberikan kelebihan bisa terbang dan bernyanyi. Jadi tidak mungkin saya bisa mengajarkan bagaimana cara menyanyi saya kepada tuan.” Kutilang menjelaskan.
“Engkau pasti telah menyembunyika rahasia bagaimana cara bernyanyimu dariku. Tidak ada yag tidak bisa diajarkan didunia ini.” selidik Harimau.
“sama sekali tidak ada yang hamba rahasiakan dari tuan. Hanya saya dan kaum saya yang bisa bisa bernyanyi seperti ini, karena ini adalah anugerah yang berikan kepada kami. Demikian juga dengan suara auman tuan miliki, tidak ada satupun hewab dimuka bumi ni yang bisa menyamainya.” Kutilang memberikan pengertian. Namun Harimau tetap saja tidak mau mengerti dengan penjelasan yang diberikan Kutilang. Ia tetap memaksa Kutilang untuk memberitahukan rahasia kicauannya. Permintaan Harimau ini tentu saja membuatnya semakin bingung dan tidak tahu harus berkata apa karena memang ia tidak bisa memenuhinya. Kera hanya berdiri menonton perdebatan antara Harimau dan Kutilang. Ia sangatlah tahu bahwa kicauan Kutilang tidak bisa ditirukan oleh yang lain, namun ia juga tidak berani mengatakn  kepada Harimau karena ia takut kalau-kalau rajanya tersebut marah padanya.
Kali ini harimau benar-benar marah pada Kutilang. Ia tetap saja bersikukuh bahwa Kutilang tidak mau mengajarkan padanya bagaiman caranya menyanyi.
“Kutilang, kau tetap pada pendirianmu tidak mau mengajarkan bagaimana menyanyi sepertimu?” Bentak harimau.
“Baiklah tuan, saya akan bernyanyi didepan paduka, saya harap yang mulia bisa mempelajarinya.”
Kutilang kemudian bernyanyi sambil menari dengan indahnya didepan Harimau. Kicauan merdunya terdengar sangatlah indah di Telinga raja yang tengah berkelana itu. Ia sangat terpukau dengan suara riuh rendah yang sangat harmonis tersebut.
“Kera caoba kau perhatikan bagaimana caranya menyanyi, mungkin saja kau bisa mengetahui rahasia nyanyiannya.” Ucap Harimau sembari terus menyimak nyanyian sang Kutilang. Kicau merdu sang Kutilang akhirnya berhenti.
“Saya sudah memperlihatkan seluruh kemampuan saya dalam bernyanyi. Sekarang giliran paduka untuk mencobanya.” Kata Kutliang.
Harimau kemudian mengambil posisi untuk mulai bernyanyi. Ia menarik nafas dalam-dalam sebagai persiapan. Dengan bergaya layaknnya Kutilang, ia kemudian mengeluarkan nafas yang sudah terkumpul dalam dadanya. Ketika tersebut keluara dari mulutnya, tidak ada sama sekali suara merdu yang keluar. Malah layaknya bagaikan dengkuran yang menggelikan. Harimau malu sekali dengan keadaan yang dihadapinya. Ia mencobanya sekali lagi, namun tetap saja hasilnya tidak yang seperti yang diharapkan. Dengan menahan malu, ia mendekati Kutilang yang sedang bertengger didekatnya.
“Kutilang!” Bentak Harimau. “Kau pasti telah merahasiakan sesuatu dariku. Tidak mungkin tidak ada hal yang tidak bisa dipelajari di muka bumi.”
“Sama sekali tidak ada yang saya rahasiakan yang mulia.” Jelas Kuitlang menenangkan. “Kicauan yang saya miliki adalah sebuah karunia yang tidak bisa dipelajari siapapun kecuali para Kutilang.”
Harimau yang sudah terlanjur marah karena merasa dibohongi dan dipermalukan oleh Kutilang, menangkap Kutilang kemudian mencengkeramnya kuta-kuat.
“Sekarang kau sudah berada dalam cengkeramanku, apakah kau masih tetap tidak mau mengatakan rahasia menyanyimu?”
Kutilang yang memang telah mengatakan apa adanya kepada Harimau, segera meminta ampun karena ia sadar apa yang akan terjadi selanjutnya jika ia tidak segera memohon ampunan.
“Ampun yang mulia. Hamba telah mengatakan semuanya dengan jujur, tidak ada satupun yang hamba tutup-tutupi.
Kera yang dari tadi hanya menonton apa yang terjadi, berusaha memabantu Kutilang yang dalam bahaya.
“Benar yang mulia, kicauan Kutilang memang tidak bisa dimiliki oles siapapun kecuali dia. Tapi menurut hamba, auman yang mulia jauh lebih berwibawa daripada nyanyian Kutilang.” Kata Kara berusaha memberi penjelasan sekaligus menenangkan Harimau.
“Diam kamu Kera, kau tak perlu turut campur masalah ini.” Ucap Harimau marah.
“Bukan begitu maksud hamba paduka. Hamba hanya ingin menjaga wibawa yang mulia agar tidak tercemar karena melakukan perbuatan  yang memalukan seperti ini.”
“Memalukan katamu?” Tanya Harimau pada Kera. “Justru aku ingin menambah kewibawaanku kalau aku bisa menyanyi. Semua wargaku akan memujiku karena aku juga bisa menyanyi dengan indah, bukan hanya mengaum.”
Kera berjalan mendekati Harimau, “sekali lagi maafkan saya tuan. Bukannya saya hendak mencampuri urusan paduka, namun apa yang dikatakan kutilang benar adanya. Tidak mungkin yang mulia bisa menyanyi seperti dia, karena kemampuan menyanyi Kutilang hanya Kutilanglah yang bisa mempelajarinya.” Kera berusaha memberikan pengertian. Mendengar penjelasan Kera yang sepertinya malah menyudutkan dirinya, membuat Harimau semakin marah.
“Kau kuajak bersamaku untuk menemani dan membantuku, bukan melawan kehendakku. Sekarang lebih baik kau pergi dari hadapanku. Pergi atau kau akan kujadikan santapanku.”
Melihat kemarahan Harimau yang tampaknya sudah memuncak, Kera tidak bisa berbuat apa-apa. Iapun hanya bisa pasrah dan kemudian pergi meninggalkan tempat itu. Berbagai penjelasan dari Kera dan Kutilang hingga akhirnya Kera pergi meninggalkannya bukannya membuat Harimau menjadi sadar akan kesalahannya. Ia malah semakin menjadi dengan obsesinya untuk bisa menyanyi seperti Kutilang. Matanya menatap Kutilang yang tak berdaya dengan penuh selidik.
“Katakan apa yang menjadi rahasia menyanyimu, atau kau akan kujadikan santapan pembukaku?” Harimau mengancam.
Dengan penuh takut, Kutilang menjawab “saya sama sekali tidak mempunyai rahasia apapun dalam menyanyi. Karena semua kaum kami bisa melakukan hal itu seiring pertumbuhan usia mereka.
“Kau pasti berbohong, baiklah kalau kau tidak mau mengatkannya. Aku akan mencarinya sendiri.” Bersamaan dengan selesainya ucapan Harimau, ia kemudian meremukkan tulang-tulang Kutilang hingga burung kecil itu mati. Setelah Kutilang mati, dengan kukunya yng tajam Harimau kemudian mencabik-cabik tubuhnya dengan harapan bisa menemukan rahasia suara indah dari Kutilang. Harimau mengawasi dengan teliti setiap daging dan tulang milik Kutilang yang sudah hancur. Namun tetap saja ia tidak bisa menemukan apa-apa. Demikian pula ketika ia memeriksa bagian dalam leher dari Kutilang, juga tidak ditemukan keanehan disana. Mungkin dengan memkannya aku akan mendapatkan suara merdunya, demikian pikir Harimau. Tak menunggu lama, ia langsung memakan bangkai Kutilang yang sudah tak berbentuk itu. Mangsa kecil tersebut tentu saja langsung ia habiskan dalam sekali lahap. Selesai memakan Kutilang malang itu, Harimau mencoba bernyanyi kembali.
Sambil berjalan menyusuri hutan ia terus menerus berlatih menyanyi. Namun hasil yang didapatkan ternyata sama saja. Hanya auman membahana yang keluar dari sela taringnya. Melihat tingkah dari raja hutan tersebut tentu saja membuat heran para penghuni hutan yang kebetulan berpapasan dengannya. Harimau tidak peduli dengan tatap mata aneh dari warga hutan yang heran melihat tingkah yang memang tidak seperti biasanya.
Matahari sudah mulai redup ketika Harimau sampai ditepi sungai yang hampir kering airnya. Ia kemudian minum dan beristirahat ditempat itu. Setelah merasa cukup melepas lelah, Harimau meneruskan perjalanannya dengan menyebrangi sungai. Saat malam mulai menyapa, barulah Harimau mencari tempat untuk menginap malam ini. Ia memilih untuk beristirahat dibawah pohon Maoni.
Pagi hari, ketika Harimau terbangun dari tidurnya ia merakan betapa lapar perutnya. Hari belum begitu terang, namun ia memutuskan untuk pergi berburu mencari makanan. Matanya yang tajam menjadikan remang suasana hutan tidak menjadi penghalang. Hidungnya terus menerus mengendus bau mangsa yang bisa didapatinya. Lama ia berjalan mencari mangsa hingga belantara yang semula remang menjadi benderang.
Kini didepannya menghampar hutan padang rumput dan beberapa rumpun pohon bambu. Pasti akan banyak hewan yang mencari makan ditempat ini, katanya dalam hati. Angin bertiup cukup kencang waktu itu, hingga menjadikan pucuk-pucuk ilalang bergoyang. Harimau kemudian bersembunyi diantara tingginya ilalang untuk mengintai calon mangsanya.
Benar juga apa yang menjadi perkiraannya. Matanya menangkap seekor Kancil kecil yang tengah duduk dibawah rumpun bambu. Melihat Kancil, ia langsung teringat pada cerita Kera beberapa waktu lalu. Mengingat Kancil adalah hewan sangat cerdik maka Harimaupun amat berhati-hati dalam mendekatinya. Ia mengendap-ngendap menuju rumpun bambu dimana Kancil tengah duduk. Begitu sudah merasa cukup dekat, ia segera melompat dan kini tepat berada didepan Kancil. Kancil amat sangat kaget melihat siapa yang sekarang tengah berdiri dihadapannya. Harimau, sang raja hutan! Kancil tak habis pikir mengapa ia sampai tidak tahu dengan kedatangan Harimau.
“Sekarang kau tidak akan bisa pergi kema-mana lagi Kancil. Kau telah menipu Kera, dan sekarang aku akan menjadikanmu sebagai mangsaku.”
Kancil ketakutan setengah mati mendengar perkataan Harimau. Di pagi yang cerah dengan disertai semilirnya angin ini ternyata akan menjadi akhir hidupku, pikir Kancil. Harimau berjalan perlahan mendekati mangsanya, sementara Kancil juga mundur selangkah demi selangkah hingga akhirnya tubuhnya membentur rumpun bambu hingga ia tak bisa lagi kemana-mana. Merasa ajalnya sudah semakin dekat, Kancil duduk bersimpuh dibawah rumpun bambu. Bersamaan dengan itulah angin bertiup cukup kencang hingga menyebabkan beberapa pohon bambu saling bergesekan dan menimbulkan suara, krieet,,, krieet,,, krieet. Harimau terpukau mendengar suara yang ditimbulkan oleh pohon bambu tersebut, namun ia tidak tahu dari mana asalnya suara itu.
“Suara apa itu?” Tanya Harimau.
“Itu adalah suara seruling dewa.” Jawab Kancil sekenanya.
“Seruling dewa?”
“Iya paduka, dan keberadaan saya disini adalah untuk menjaganya.” Kata Kancil.
“Bisakah kau memainkannya untukku?” Pinta Harimau.
“Tentu saja! Namun saya harus menunggu angin agar memudahkan saya untuk meniupnya.”
“Baiklah!” Kata Harimau.
Harimau dan Kancil menunggu dengan sabar datangnya angin. Kancil berlagak diantara rumpun bambu seolah olah ia hendak meniup seruling. Akhirnya yang ditunggu-tunggu datang juga. Angin bertiup dengan kencangnya hingga puluhan pohon bambu saling beradu dan suara riuhpun terdengar. Mulut dan tangan Kancil juga bekerja layaknya tengah memperagakan sedang meniup seruling. Harimau nampak sangat girang dengan apa yang dilihatnya.
“Kancil, apakah kau bisa mengajariku bagaimana caranya meniup seruling dewa ini?” Tanya Harimau.
“Bisa saja, asalkan paduka mau menuruti semua perintah hamba.”
“Baiklah aku setuju, ajarkan padaku.”
Kancil kemudian menjelaskan bagaimana caranya bisa memainkan seruling dewa yang sedang ditungguinya. Pertama-tama Harimau harus menempelkan lidahnya kebatang bambu sembari meniupnya agar ia terbiasa. Tanpa banyak basa-basi Harimau menurut saja pada perkataan Kancil. Ia kemudian menempelkan lidahnya pada salah satu batang bambu kemudian meniupnya. Lama ia meniup, namun suara yang diinginkan tidak juga keluar.
“Kau bohong padaku Cil?” Bentak Harimau.
“Mana mungkin saya berani berbohong pada paduka yang mulia.” Sahut Kancil. “Yang mulia harus menunggu bantuan angin, karena tuan belum pernah meniup seruling itu sebelumnya. Sekarang cobalah lagi.” Perintah Kancil.
Harimau menempelkan lidahnya disalah satu batang bambu. Mulutnya tak berhenti meniup layaknya tengah memainkan seruling. Akhirnya angin yang ditunggupun datang. Namun kali ini angin yang bertiup tidak begitu kencang, hingga suara yang ditimbulkannyapun hanya suara yang kecil. Harimau girang alang kepalang menyadari dirinya bisa memainkan seruling dewa tersebut.
“Aku bisa Cil, aku berhasil.” Harimau kegirangan.
“Ulangilah lagi paduka, agar anda terbiasa dan bisa memainkan seruling itu dimana saja.” Ucap Kancil.
“Benarkah aku bisa memainkannya dimana saja? Baiklah kalau begitu.”
Harimau kembali menmpelkan lidahnya pada batang bambu. Sementara kancil berjalan mengendap-endap untul meloloskan diri.
“Mau kemana kau Cil?” Tanya Harimau.
“Saya akan pergi sebentar untuk mencari minum disungai. Yang mulia pasti akan kehausan saat meniup seruling itu.”
“Baiklah kalau begitu, cepatlah kembali agar aku bisa belajar lebih banyak.”
Kancil segera melangkahkan kakinya untuk meninggalkan rumpun bambu tersebut dan setelah merasa cukup jauh iapun berlari secepatnya. Harimau masih terus menempelkan lidahnya di batang bambu sambil terus meniupnya. Karena angin yang berhembus waktu itu belum terlalu kencang maka suara yang ditimbulkan akibat gesekan batang bambupun tidak seberapa. Namun Harimau tidak menyerah begitu saja, ia terus berusaha untuk meniup seruling dewa tersebut. Ia pun beristirahat sejenak untuk mengembalikan tenaganya sambil menunggu Kancil yang tengah mencari air minum. Akhirnya angin yang ditunggu-tunggu datang juga. Dari kejauhan ia melihat pucuk ilalang yang nampak bergoyang kencang karena tiupan angin. Harimau tidak melepaskan kesempatan ini begitu saja, ia segera mendekati batang bambu dan menempelkan lidahnya disana. Begitu angin kencang tersebut sampai dirumpun bambu itu, tentu saja membuat seluruh bantang-batang bambu bergerak tak beraturan dan menimbulkan suara yang cukup riuh. Harimau semakin bersemangat karena keberhasilannya memainkan seruling dewa itu. Ia menjulurkan lidahnya semakin panjang keluar dan karena tiupan angin juga semakin kencang maka batang bambu yang bergerakpun bukan hanya dibagian atasnya saja. Karena lidahnya yang menjulur terlalu panjang dan batang bambu juga bergerak seluruhnya, maka akhirnya lidahnya itupun terjepit oleh batang bambu yang saling bergesekan. Sakit alang kepalang dirasakan Harimau ketika lidahnya terjepit diantara pohon bambu dan tidak bisa segera ia lepaskan. Gerak batang bambuyang tak beraturan tersebut membuatnya semakin kesulitan melepaskan lidahnya. Tapi kejadian tersebut tidak berlangsung lama, karena angin yang berhembus semakin pelan. Pada akhirnya ia bisa menarik paksa lidahnya. Sakit, perih, dan berbagai perasaan yang dirasakan Harimau saat ini. Ia semakin jengkel karena juga telah ditipu oleh Kancil dan hampir saja ia mati karenanya.
“Awas kau Cil, kau pasti akan menerima akibatnya.” Demikian kata Harimau sambil berjalan menahan sakit meninggalkan tempat itu.

baca selanjutnya ..